STP / Sewage Treament Plant
juga untuk menguapkan bau seperti amonia dan juga berfungsi sebagai pengurai BOD dan COD berlebih yang terkandung didalam limbah air tersebut.
Dengan memakai STP untuk mengolah limbah tinja dan urin maka hasilnya akan lebih bagus bila di bandingkan dengan penggunaan septic tank biofilter biasa.
karna dalam septic tank biofilter biasa hanya ada media bakteri pengurai, gak ada pemecah BOD . COD dan Amonia yang terkandung di dalam limbah, sehingga pastinya sistem olahan dengan septic tank biofilter biasa tidak terlalu maksimal bila di bandingkan dengan sistem biofilter sistem STP.
Pemilihan yang tepat untuk mengolah limbah anda maka menghindarkan anda dari masalah baru yang timbul akibat salah pilih, apa aja masalah yang akan timbul bila salah pilih sistem pengolahan limbah anda ??
1. setiap pengolahan limbah pasti anda mengeluarkan biaya untuk membeli dan menyiapkan lahan dann civilnya, bayangkan bila ternyata gagal, maka anda akan rugi besar, untuk itu lebih baik konsultasikan dulu ke kami, kami akan memberikan solusi untuk masalah pengolahan limbah anda.
2. Bila salah maka anda akan repot untuk mengubah kembali, karena unit pengolahan yang sudah di pendam atau di masukan ke gedung tidak akan mudah untuk di singkirkan, iya kalau anda bisa ketemu kami,maka kami bisa memberikan solusi.
Hubungi kami di nomor nomor di bawah ini .
Berikut adalah gambaran umum dari proses yang terlibat dalam
instalasi pengolahan Air limbah :
1. Pengolahan Pendahuluan: Air limbah yang masuk menjalani
pengolahan awal, yang meliputi pembuangan puing-puing besar seperti tongkat,
kain perca, dan bahan plastik. Ini
biasanya dilakukan dengan menggunakan bar screen dan ruang grit yang memungkinkan
pemisahan benda padat dan pasir.
2. Perlakuan Primer: Pada tahap pengolahan primer, air limbah
disimpan di tangki penampungan atau penjernih yang besar. Selama proses ini,
partikel padat yang berat mengendap di dasar sebagai lumpur, sedangkan material
yang lebih ringan mengapung ke atas sebagai buih. Lumpur yang mengendap dibuang
dan dikirim untuk pengolahan lebih lanjut, sedangkan air limbah yang telah
diolah sebagian, yang dikenal sebagai limbah primer, beralih ke tahap
berikutnya.
3. Pengolahan Sekunder: Tahap pengolahan sekunder berfokus pada
degradasi biologis bahan organik yang ada dalam air limbah. Limbah primer dicampur dengan bakteri dan
mikroorganisme lainnya dalam tangki aerasi besar. Mikroorganisme ini
mengkonsumsi bahan organik, mengubahnya menjadi karbon dioksida, air, dan
biomassa tambahan. Proses ini, dikenal sebagai lumpur aktif atau
oksidasi biologis, mengurangi kandungan organik air limbah.
4. Sedimentasi: Setelah pengolahan biologis, air limbah
mengalir ke penjernih sekunder di mana lumpur aktif mengendap di dasar sebagai
selimut lumpur. Air yang diolah, yang dikenal sebagai limbah sekunder,
melanjutkan ke langkah berikutnya.
5. Pengolahan Tersier (Opsional): Dalam beberapa kasus,
pengolahan tersier diterapkan untuk lebih memoles kualitas air limbah. Tahap
ini melibatkan proses tambahan seperti filtrasi, desinfeksi, atau oksidasi
lanjutan untuk menghilangkan polutan atau mikroorganisme yang tersisa.
6. Pembuangan atau Penggunaan Kembali Efluen: Efluen akhir yang diolah, memenuhi standar kualitas yang disyaratkan, dibuang ke badan air penerima, seperti sungai, danau, atau laut.
Sebagai alternatif, di daerah yang mengalami kelangkaan air, air yang diolah dapat menjalani pengolahan tambahan untuk digunakan kembali dalam kegiatan seperti irigasi, proses industri, atau pengisian ulang air tanah.
Penting untuk diperhatikan bahwa proses dan teknologi khusus
yang digunakan di instalasi pengolahan limbah dapat bervariasi tergantung pada
ukuran, lokasi, dan standar kualitas pabrik yang ditetapkan oleh badan lingkungan hidup setempat.
Instalasi pengolahan limbah memainkan peran penting dalam
menjaga kesehatan masyarakat dan melindungi lingkungan dengan mengolah air
limbah secara efektif sebelum dikembalikan ke sistem air alami.